MERDEKAANEWS *Wawancara Exclusive Dengan PROF DR SUMARYOTO REKTOR UNINDRA.*
Jakarta, Kamis 10 November 2023 - Sukses digelar acara penandatangan kerjasama antar fakultas di Universitas Unindra pada hari Kamis, 9 November 2023.
Ditemui awak media, Rektor Unindra Prof. Dr. Sumaryoto mengatakan,
"Ini kan masalahnya cukup rumit. karena kalau sudah bisa yang dipengaruhi oleh dolar Amerika.
Jadi kalau dilihat dari sisi cadangan devisa, maka kurs terhadap mata uang asing atau valas sejarah logika, yang jelas kalau impor kita tidak direm maka itu akan mempengaruhi record cadangan devisa yang akan berpengaruh terhadap ending out perekonomian Indonesia karena patokan ukurannya adalah berapa seberapa besar seberapa besar cadangan devisa? kita Indonesia kita Indonesia karena itu adalah indikator Kemampuan suatu negara untuk mengimpor yang jadi persoalan - persoalan," kata Rektor Unindra Prof DR. Sumaryoto.
"Kita selanjutnya juga melihat Sisi Ekspor kita, sebenarnya Kalau ekspor tidak kuat maka bisa secara perlahan tapi pasti akan penuh," sambungnya.
Lebih lanjut Rektor Unindra ini menjelaskan,
"Disitulah sebenarnya karena dengan ekspor yang kuat maka secara otomatis cadangan devisa Indonesia bertambah. Jadi letaknya sebenarnya di bidang ekspor impor baik barang maupun jasa, soalnya itulah bebannya ekspor-impor dan persoalannya adalah adalah banyak bergantung pada impor, apalagi saat ini panjang musim kemarau sehingga akan impor beras belum lagi impor bahan baku hingga barang jadi dan menjadi program masing-masing perusahaan yang membutuhkan dolar atau valuta asing dan ini yang akan menjadi persoalan sendiri," jelas Profesor DR. Sumaryoto.
Profesor DR. Sumaryoto mengungkapkan bahwa Ada cara lain,
"Memang Ada cara lain , misalnya dan ini merupakan kebijakan dari Bank Indonesia dan bagaimana BI mengendalikan kurs rupiah ini ? yaitu dengan
membuat kebijakan melonggarkan suku bunga, sebenarnya begini ya untuk menarik atau mengurangi uang beredar ya dengan menaikkan suku bunga tetapi nanti akan terjadi suatu kontraksi dengan investasi karena kalau suku bunga naik maka otomatis inventa investasi menurun investasi menurun hingga menjadi persoalan," ungkapnya.
Rektor Unindra ini juga menambahkan penjelasannya gejala yang umum pada akhir tahun ini Dimana banyak perusahaan yang memerlukan valuta asing? yaitu untuk menutup atau mengatur cicilan Bank dan itu yang menjadi masalah berat sehingga berakibat pada kenaikan kurs dolar terhadap mata uang Rupiah, karena banyak perusahaan butuh dolar maka kurs dollar ini akan naik di akhir tahun ya itulah gejala umum menjelang akhir tahun dan menjelang musim kemarau panjang ini banyak yang memborong valuta asing karena butuh valuta asing untuk membayar bank dan di pasar uang akan terjadi interaksi sehingga kurs valas akan naik sehingga memang memang banyak dirugikan kalau kenaikan kurs Rupiah terhadap dolar itu," tambah Profesor DR. Sumaryoto
Beliau juga menegaskan, "Dengan utang membengkak bisa jadi untuk masuk valuta asing, misalnya untuk investasi kemudian juga pinjaman baru itu akan mengerem karena banyak dolar yang dibutuhkan sebab patokannya Indonesiakan pada dolar atau valuta asing dan otomatis akan mengerem valuta asing yang ada yang dimiliki untuk Indonesia ini," tegas Profesor DR. Sumaryoto.
Rektor Unindra ini juga mencontohkan," Misalnya dalam ekspor ditentukan rupiah bukan dalam dolar misalnya harga kurs 1 dolar khusus dari Rp15.000 naik menjadi Rp16.000. Jadi jumlah yang diperoleh dalam rupiah akan naik kalau ekspornya tetap ya dipatok sekarang 1 dolar Rp15.000 tadinya sekarang menjadi 1 dolar Rp16.000 berarti jadi ada kenaikan karena kurs bukan kenaikan karena volumenya 1000 rupiah, tetapi yang sehat adalah sebenarnya kenaikan karena volume bukan karena kurs karena kalau Lebaran yang sama tetapi ini akan berbalik Iya akan naik tetapi impor juga akan naik berarti sama saja sehingga itulah permasalahannya," tegasnya.
"Jadi kalau kenaikan ekspor karena kurs itu tidak sehat dan itu semua cara semu karena aku kalau diimpor itu akan menambah naik turun kurs karena sekarang kurs pasar jadi bebas," terang Profesor DR. Sumaryoto.
"Nah kalau cadangan devisa Kita Kuat lebih baik kurs tetap dan ini tidak terombang-ambing kan dengan menggunakan kurs tetap tetapi ada plus minusnya tergantung pada kondisi ekonomi Indonesia. Jadi kalau cadangan devisa Kita kuat, maka pengusaha itu datang sehingga ada plus minusnya tergantung pada kondisi perekonomian Amerika," tutur Rektor Unindra tersebut.
Profesor DR. Sumaryoto menjelaskan,
"Jika penerapan kurs bebas lalu kalau dipotong atau ditetapkan kurs bebas sekian tetapi di luar kita bergejolak ya, karena pasar bebas aja kalau pemerintah enggak fokus ya sebenarnya kalau mau ekonomi yang sehat maka kurs valuta asing yang tidak terarah bukan yang multilateral, misalnya hubungan bilateral Indonesia dengan Arab Saudi sendiri lalu kost bilateral Indonesia dengan Malaysia sendiri atau Indonesia dengan Jepang sendiri dan negara lainnya dengan menerapkan kurs bilateral," pungkas Rektor Unindra, Profesor DR. Sumaryoto. (*Jimmy).